Di Paksa Ngentot Dengan Pria Negro

DI PAKSA NGENTOT SAMA PRIA NEGRO

Di Paksa Ngentot Oleh Pria Negro

Cerita sex di paksa ngentot oleh pria negro o. Setelah tamat dari sekolah, aku akhirnya kiliah di salah satu kampus di USA. Di USA, aku masuk ke salah satu apartemen milih keluarga. Kebetulan, ada satu teman dari Jakarta yang juga tinggal bersamaku, jadi kami bisa berbagi biaya agar lebih hemat. Aku sebenarnya datang ke Amerika bersama pacarku, Fani, tapi dia tinggal di apartemen lain bersama teman-temannya. Orang tuaku tidak setuju kalau kami yang masih pacaran tinggal serumah. Meski begitu, jika ada kesempatan, kami sering diam-diam bertemu dan berhubungan intim, terutama saat kamar masing-masing sedang kosong.

DI PAKSA NGENTOT SAMA PRIA NEGRO

Aku dan Fani sudah berpacaran sejak kelas tiga SMA, tapi kami baru mulai berhubungan fisik setelah di Amerika. Fani adalah gadis yang menawan, wajahnya secantik artis Asia Timur, dengan kulit putih bersih, tinggi sekitar 165 cm, tubuh langsing tapi berisi, dan rambut lurus panjang sebatas dada yang dicat merah. Kami menjalani hari-hari kuliah dan kehidupan anak muda di Amerika dengan penuh keceriaan hingga akhir tahun 2000.

Menjelang Natal, suasana di kota mulai meriah. Teman-teman sekamarku sudah pulang ke kampung halaman masing-masing, termasuk teman sekamarku dari Jakarta yang dipindahkan pulang karena ibunya sedang sakit. Aku dan Fani juga akan pulang kampung ke indonesia lagi, tapai kami malah tidak kebagian tiket pesawat dan harus menunggu lagi sekitar 7 hari lamanya. Selama masa tunggu itu, Fani sering datang ke apartemenku, bahkan kadang menginap. Kami memanfaatkan waktu itu untuk menikmati kebersamaan, sambil menanti hari kepulangan kami ke Indonesia. 

Sebelum kami balik kampung pulang ke indonesia, aku dan Fani baru aja siap jalan jalan di taman kota. Kami tiba di apartemenku sekitar pukul sepuluh malam. Suasana di sekitar apartemen sudah sepi. Aku membuka pintu, tapi begitu masuk, kami terkejut melihat ruang tamu berantakan, seperti habis kemalingan. Tiba-tiba, aku mendengar suara gaduh dari arah kamarku. Pelan pelan, saya masuk memastikan apa yang sedang terjadi. Lalu, saat aku sedang membuka pintu, tak sempat aku melihat apa yang terjadi, lalu aku di pulul dari arah belakang hingga aku tak sadarkan diri.

Aku tak tau siapa yang memukulku dan apa yang terjadi, aku merasa badanku seperti ada orang yang mengombang-ambingkannya. Ketika sadar, aku mendapati diriku terikat di sebuah kursi, mulutku membuka kain sehingga aku tidak bisa bersuara. Tepat di depan mataku terlihat seorang pria negro besar yang berkepala botak. Di sisi lain, ada pria lain yang juga berkulit hitam, bertubuh agak gemuk. Yang bikin aku terkejut dan sangat emosi ketika aku melihat di tempat tidurku ada pria negro yang lagi mendekap pacarku. Fani menangis tersedu-sedu, tapi pria gemuk itu tidak peduli. Dia meremas-remas payudara Fani yang masih terbungkus bra, menjilatnya, lalu berkata dengan nada mengancam, “Diam, jangan macam-macam, atau lehermu kupatahkan! Nurut saja kalau mau selamat!”

Pria negro botal itu melihat kearahku dan sambil berkata melecehku, “Hei, udah sadar kah? Pacarmu lumayan juga. Kami pinjam dia sebentar, ya, baru pergi.” Dia menampar pipiku dengan ringan, membuatku ingin memberontak, tapi aku tak bisa melakukan apa-apa karena keterikatan. Kemudian, dia mendekati pacarku dan berkata padanya, “Oke, sayang, saatnya kita bersenang-senang. Ayo kita bersenang-senang!” Dia memaksa Fani berlutut, menyuruhnya membuka celananya, dan melakukan tindakan tak senonoh.

Fani, dengan ketakutan, dan ketidakberdayaan nya, “aku mohon, jangan setubuhi aku! Ambil saja semua barang di sini!” Namun, sebelum dia selesai berbicara, pria plontos itu menampar pipinya dengan keras dan menjambak rambutnya. “Masukkan ke mulutmu, hisap, atau kubunuh!” katanya dengan kasar. Dengan wajah penuh air mata dan keputusasaan, Fani terpaksa mematuhinya. Pria itu memaksa Fani untuk melakukan tindakan yang kini membuatku hanya bisa melontarkan amarah dan ketidakberdayaan.

Sementara itu, pria gemuk tidak tinggal diam. Setelah melepas pakaiannya, dia berdiri di samping Fani dan memaksanya menggunakan tangan untuk memuaskannya. Saat ini, Fani berada dalam posisi yang mengerikan, terpaksa melayani kedua pria itu sekaligus, sementara aku hanya bisa menyaksikan dengan hati yang hancur.

“Ahhh, hisapan perempuan ini sangat nikmat, jauh dibandingkan dengan yang lain,” kata pria negro botak itu dengan nada nikmat.

“Benar, colinya juga enak banget, jari jemari tangan lembut banget,” timpal teman nya si pria negro botak itu.

Pria negro botak itu akhirnya orgasme pertama di dalam mulut pacarku. Cairan putih kental memenuhi mulut, beberapa tetes menetes di sudut bibir seperti vampir yang baru saja minum darah. Fani menelan semua sperma pria negro botak itu, karena sudah takut di ancam. Setelah itu, mereka melepas bra dan celana dalam Fani, membuatnya telanjang bulat. Terlihatlah payudara Wendy yang berukuran 34B dan bulu-bulu kemaluannya yang lebat.

Kali ini, pria gemuk duduk di tepi ranjang dan menyuruh Wendy berjongkok di depannya, meminta menggosokkan payudaranya ke alat kelaminnya sambil menjilati kening. Fani, dengan perasaan terpaksa, menggesekkan payudaranya dan melakukan apa yang diminta, membuat pria gemuk itu mendesah keenakan. Lalu, pria negro botak berada di bawah pacarku, menghisapi setiap bibir memeknya semabri jari tengahnya mengocok memek nya Fani.

Beberapa menit kemudian, pria gemuk akhirnya orgasme ke dua, spermanya keluar ke muka dan payudara Fani. Tidak tahan dengan rasa itu, Fani menginginkannya. Melihat itu, pria gemuk marah besar. Dia menjambak rambut Fani dan menampar pipinya hingga Fani terjatuh ke kasur. “Dasar pelacur, berani-berani buang air maniku! Kalau sekali lagi begitu, kurontokkan gigimu, dengar!” bentaknya dengan nada mengancam.

Amarahku memuncak melihat Fani diperlakukan seperti itu. Aku meronta-ronta di kursi yang mengikatku, tapi ikatannya terlalu kuat. Hanya kursi itu yang bergoyang-goyang karena usahaku. Melihat reaksinya, pria gemuk menoleh padaku dan berkata dengan nada mengejek, “Kenapa? Tidak terima pacarmu kami pinjam? Sayangnya, sekarang kamu tidak bisa ngapa-ngapain! Ha ha ha!”

Mereka kembali menggerayangi tubuh Fani dengan kasar. Pria gemuk mengangkangkan kaki Fani dengan lebar dan memasukan titit yang sangat besar itu ke dalam lbang memeknya Fani. Ukurannya yang besar membuat Wendy meringis kesakitan, wajahnya menunjukkan penderitaan yang luar biasa karena lubangnya yang sempit. Sementara itu, pria plontos dengan ganas mencium Fani, lidahnya memaksa masuk ke mulut sambil tangan memilin-milin puting Fani dengan kasar. Lalu pria itu menggoyang dan ngenjot memeknya Fani dengan cepat.

Beberapa menit kemudian, tubuh Wendy secara refleks memeluk pria plontos yang sedang menjilati payudaranya. Fani sudah mencapai puncaknya, kemudian ia terlemas setelah kecapean. “Heh, baru kali ini kan lo ngerasain pria kayak kami? Enak, kan? Jawab!” teriakan pria itu ke pacarku Fani. 

Karena ketakutan, Fani dengan air mata berlinang menjawab pelan, “E… enak… enak sekali…”

“Lebih keras! Biar pacar lo denger pengakuan lo!” teriakan pria plontos.

“Iya, aku suka bercinta dengan kalian!” Kata Fani mengucapkannya dengan sangat kuat, meski penuh ketidakberdayaan.

“Tuh, denger nggak apa kata pacar lo? Dia suka sama kami, ha ha ha!” ejek mereka berdua. Hatiku sangat sakit dan penuh amarah namun aku tidak bisa melakukan apa apa karena keadaanku yang terikat di kursi.

Kemudian, pria plontos memposisikan Fani dalam gaya doggy style. Dengan brutal, ia memasukkan alat kelaminnya yang besar, sekitar 20 cm, ke dalam anus Fani hingga mendalam seluruhnya. Wendy menjerit kesakitan, “Aaaah! Berhenti, tolong jangan!” Tapi mereka tertawa justru menikmati penderitaannya. Pria gemuk menimpali, “Sst, tenang, sayang. Jangan terlalu ribut, nanti kalau ada orang masuk, kita berdua yang celaka!”

Kini, Fani dipaksa melayani pria gemuk di depan, sementara pria plontos terus menggenjot dari belakang. Payudaranya yang terekspos dimainkan oleh keduanya dengan kasar. Tak lama, pria plontos mencapai klimaks karena anus Fani yang terlalu sempit.Dan di dalam mulut Fani yang sudah di penuhi titit para pria itu, hanya terdengar suara desahan, “ahhh… ahhhh…”

Mereka berganti posisi lagi. Kali ini, pria plontos memangku Fani dari belakang, memasukkan alat kelaminnya ke dalam vagina Fani. Ia menggerakkan pinggulnya naik-turun, dan Fani, tanpa sadar, mulai mengikuti irama gerakan itu karena kelelahan dan keputusasaan. Pria plontos mengambil sekaleng bir dari kulkas, menuangkannya ke tubuh Fani, lalu menjilat tubuh yang basah itu. Pria gemuk, sambil terus menggerakkan pinggulnya, menjilati leher Fani yang jenjangnya, sambil menggenggam payudaranya yang kenyal. 

Setelah pria gemuk selesai, pria plontos masih belum puas. Ia membungkus tubuh Fani, mengangkat kondisi kaki ke bahunya, dan mulai memasukkan alat kelaminnya dengan tusukan-tusukan keras ke dalam vagina Fani. Fani, yang sudah lemas, menggigit bantal untuk menahan rasa sakit dan nikmat yang bercampur. Wajahnya penuh air mata, memar akibat sorotan, tapi kedua pria itu tak peduli. Pria plontos terus menghujamkan alat kelaminnya tanpa ampun, sementara pria gemuk menjilati payudara Fani, lidahnya bermain-main di putingnya.

Akhirnya Fani pingsan karena kehabisan tenaga. Mereka menyemprotkan cairan manis mereka ke tubuh Fani yang tak berdaya, meratakannya hingga tubuhnya mengkilap. Yang lebih kejam, pria plontos bahkan mengencingi tubuh Fani yang sudah tak sadarkan diri. Setelah puas, mereka menoleh padaku dan berkata dengan nada mengejek, “Hei, kami kembalikan pacar lo. Cantik sih, tapi sayang lemah banget, baru gitu aja udah pingsan. Tapi lumayan, pelayanannya memuaskan. Thanks bro, bye!” Mereka lalu menghilang ke dalam kegelapan malam, membawa barang-barang curian dari apartemenku.

Sejak malam mengerikan itu, Fani berubah. Ia sering termenung dan menangis sendirian, trauma atas apa yang dialaminya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *