Ngentot Calon Mama Tiri
Cerita sex ngentot calon mama tiri. Namaku Ramon. Rumahku berada di sebuah perumahan di daerah tanggerang. Di rumah hanya ada aku dan ibu bapak ku. ibuku jarang sekali kembali kerumah kecuali ada acara besar saja. ibu ku selalu pergi ke salon bersama teman temannya, sedangkan bapak ku kerja di luar kota. Namun, ada yang sedikit aneh Papa sering pulang di siang bolong setiap Mama sedang keluar.
Suatu hari, Papa pulang dari kantor bersama seorang wanita yang awalnya kukira Mama. Ternyata, itu Tante Yuli, adik Mama. Aku sering melihat Papa dan Tante Yuli berpelukan saat menonton TV. Terkadang bapakku juga nakal, ia sering kali meremas payudara tante Yuli dan mengelus bagian selangkangannya. Bagaimana aku tak tertarik? badan tante Yuli sangat lah montok dengan pantat nya yang besar juga payudaranya yang lumayan besar membuat ku tidak tahan kalu aku ahrus melihatnya.
Sejak Tante Yuli sering datang ke rumah, aku jadi sering membayangkannya saat masturbasi. Setelah 6 bulan berlalu ibuku dan bapak ku akhirnya cerai di karenkan ada nya tante Yuli membuat rumah tangga bapak ibuku harus berakhir. Selanjutnya bapakku sangat berani untuk membawa tante Yuli tinggal di rumnahku padahal mereka bleum menikah. Usianya sekitar 38 tahun, tubuhnya agak berisi, tapi wajahnya masih terlihat muda. Dia bekerja sebagai perancang busana artis.
Pada suatu hari Minggu, aku bangun dan menjalani rutinitas seperti biasa. Pada aku menuruni tangga dengan keadaan ku yang masih sangat ngatuk, aku terkaget saat melihat tante Yuli. Tante Yuli lagi nyapu rumah dan dia hanya memakai sebuah daster yang bahan nya tipis terlhat dia tidak pakai celana dalam. Lekukan pantatnya yang besar dan vaginanya terlihat jelas. Kontolku langsung tegang.
“Eh? Kamu ngeliatin apa?” tanya Tante Yuli, membuatku tersentak.
“Ehm, nggak kok. Cuma lihat Tante lagi nyapu,” jawabku tergagap, padahal mataku tak lepas dari pantat dan gundukan vaginanya yang terlihat saat dia membungkuk.
“Kamu jangan nakal, ya. Aku ini calon ibu kamu,” ucapnya, dia mungkin tahu bahwa aku memang memandangi badannya itu.
“Tante mirip bintang porno, hehe,” ujarku tanpa sengaja. “Tante udah masak belum?” tanyaku cepat untuk mengalihkan pembicaraan.
“Belum nih. Duduk dulu, ya. Nanti setelah nyapu, Tante masakin,” jawabnya sambil melanjutkan menyapu.
Aku berjalan ke kamar mandi. Di sana, aku langsung masturbasi. Kebetulan bra Tante Yuli ada di sana, jadi saat mencapai puncak, aku mengeluarkannya di bra-nya. Usai mandi, aku keluar hanya dengan handuk melilit pinggang dan menuju dapur. Di sana, aku disuguhi pemandangan yang lebih menggoda. Baju daster tante Yuli menaik ke atas pinggang nya yang membuat memek dan lubang anus nya terlihat oleh mataku dengan jelas.
Tanpa basa basi lagi aku langsung membuka handuk yang ku kenakan dan aku dekap badan tante Yuli dari belakang. Kontol ku yang udah sangat keras dan berdiri ku arahkan ke arah belakang selangkangannya, dan aku menggesekan kontolku di sela sela selangkanganya.
“Ih, kamu ngapain? Jangan perkosa Tante dong… Tante nggak tahanan orangnya” katanya, suaranya terdengar panik.
“Udah, nikmatin aja. Tante nggak cocok jadi istri Papa. Tante lebih baik sama ku,” kataku dengan penuh nafsu dairahku.
“Kamu jangan nakal, sayang. Masa Tante harus begini sama kamu?” bisiknya pelan.
“Tante, aku udah terangsang banget lihat Tante. Puasin aku sekarang, aku nggak mau tahu. Atau aku paksa?” kataku sembari aku mulai menuruni pakaiannya, kedua tangan ku meremas remas bokong nya dan tetknya.
“Jangan kasar dong, sayang. Sakit, tahu,” katnya saat aku membuka bagian pantatnya
Aku tak peduli omongannya. Aku terus mencumbunya. Aku tahu Tante Yuli sangat liar di ranjang, tapi saat ini dia belum sepenuhnya terangsang. Dia hanya butuh sedikit waktu untuk membangkitkan gairahnya. Aku terus mencumbu wajah dan bagian lehernya, lalu aku meremas teteknya lagi. Setelah itu, jari tangan ku mulai turun ke bagian memeknya yang tembem dan aku mulai memasukan jari tengah ku ke dalam lubang memeknya dan sekali sekali meu memainkan itilnya, dan membuat kontol ku semanguit berdenyut dan mengeras.
Tak sabar lagi, kupaksa dia menungging. Aku mulai memasukkan penisku dari belakang.
“Ough, jangan masukin, Mon!” teriaknya.
“Nurut aja, Tan. Aku mau puas sama Tante. Aku sudah tau tante Yuli sangat mantep kalo soal beginian,” Ucapku sembari ku dorong badannya ke depan biar aku bisa masukan kontolku ke daqlam memeknya.
Aku merasa vaginanya masih agak kering—dia belum terlalu terangsang. Kemudian aku mencabut kontolku dari dalam memeknya dan aku jongkok di belakang bokong nya dan menjilati memek nya dari belakang.
“Aah… kamu mau apain Tante?” katanya dengan suara sedikit mendesah yang penuh kenikmatan.
Kujilati vaginanya, mencium aroma khas yang membangkitkan nafsuku. Dia mulai bernafsu—tak lagi berontak, bahkan mengangkat satu kakinya ke atas meja kompor, memberi ruang agar aku lebih leluasa menjilatnya. Akhirnya, dia pun terbawa hasrat.
“Sudahlah, kalau kamu mau nikmatin tubuhku, lakukan aja. Namun tante mohon ini rahasia kita berdua jangan sampai bapak kamu tau kita melakukan hubungan sex ini. Kalau kamu mau aku akan memberikannya, asal kamu tidak memaksa tante terlebih lagi jika bapak kamu tau,” katanya.
Tante Yuli lalu membalikkan badan, duduk di atas meja kompor, membuka lebar pahanya, dan menyingkapkan kedua bibir vaginanya. Kini terlihat jelas—vaginanya merah merekah, ditumbuhi bulu halus yang lebat. Tanpa ragu, aku berdiri dan memasukkan penisku ke dalamnya.
“Ahhhh… Ramonnn…aaahhh… enak kali… kontol kamu besar dan panjang sekali, ahhh..,” desahnya
Aku menggenjotnya semakin ganas. Hampir sepuluh menit berlalu, dan akhirnya dia mencapai orgasme. Tapi aku belum klimaks.
“Tante, aku belum keluar…” keluhku.
Lalu dia jongkok di bawah ku dan mulai menulum semua batang kontolku dengan ganasnya. Dia benar-benar ahli—penisku hampir lenyap ditelannya. Tak lama, kutekan kepalanya dalam-dalam. “Oooohhh… Tanteee, aku keluaaarrr… aaahhh…” erangku. Aku memuntahkan semua spermaku ke tenggorokannya.
“Kita pindah ke kamar, Tan. Nggak seru di dapur,” ajakku.
Kugendong Tante ke kamarnya, lalu melanjutkan dengan memasukkan penisku lagi ke vaginanya. Lalu aku kembali memaju mundurkan pinggangku dan terlihat kontol ku keluar masuk dari lubang memek nya. Dan kedua tangan kau juga sembari meremas kedua tetknya.
“Ahhhhh…Ramonnn…aaahhh… sayang, kami brani dan jagi banget ngentoti tante,”. Ucapnya sambil mendesah karena aku dengan kuat terus menusukan kontolku ke memeknya.
“Lah, siapa suruh Tante bahenol begini? Aku gak kuat a[a lagi ngeliat tante sendiri di rumah, terlebih lagi tante pakai baju yang tembus pandang? Pasti penisku ngaceng pengen masuk ke vagina Tante yang montok,” jawabku dengan nada sedikit kacau.
“Kenapa nggak bilang dari tadi kalau kamu udah terangsang banget? Nggak perlu sampe perkosa Tante!”
“Yasudah, nikmati aja tubuh Tante sepuasmu, sayang. Tante rela kalau buat kamu,” ucapnya.
Kupercepat tusukanku hingga Tante orgasme untuk kedua kalinya. “Aaakhhh… sayanggg… Tante keluar lagi nih… aahhrhhh…” desahnya penuh kenikmatan.
Kemudian kami berganti gaya, kini aku berada di bawah dan tanteku berada di atasku. “Gantian, Tante yang puasin aku. Aku belum orgasme, nih.”
Tanpa buang waktu, Tante menggoyangkan pinggulnya maju-mundur, cairan kewanitaannya masih membasahi. Lalu, dia beralih memompa penisku naik-turun. Kuseimbangkan dengan sodokan dari bawah, hingga terdengar suara “plak, pak, pok” dari pantat dan selangkanganku.
Plak… pak… sayang, enakan? Emang kamu kuat kalau Tante giniin?” tanyanya sambil memperkuat hentakan.
“Aaaahhh… ahhhh..tan… aku mau keluar!!” “Barengan ya, Tante juga mau keluar lagi.” “Aku keluarin di mana, Tan?” lirihku, karena pertahananku sudah jebol.
“Iya, sayang, keluarin di dalam aja. Taburin benihmu di rahim Tante,” pintanya.
“Aaaaghhhh… Tanteeeee… ssshtttt…” Desahan kami bercampur saat mencapai puncak bersama.
Penisku yang masih tertancap kubiarkan hingga mengecil sendiri. Setelah itu, kami tidur bagaikan suami-istri hingga pagi. Hubungan intim kami berlanjut bahkan setelah Tante Yuli jadi istri Papa. Karena puas denganku, Tante tak pernah menolak ajakanku bersetubuh.