Genjot Memek Tembem Tante Susi
Cerita seks genjot memek tembem tante Susi . Aku Bondan, saat ini aku sedang kuliah di PTS Bandung dan ngekos di daerah Jl. Sikaloa. Kejadian yang akan gw ceritakan ini terjadi saat gw sedang berkunjung ke rumah pacar gw, Sarah. Mungkin kira-kira sekitar setengah sampai setahun kuranglah kejadian itu telah berlalu.
Dengan rasa canggung gw yang baru pertama kali datang ke rumah pacar gw itu, Cuma bisa terduduk menunduk malu di pekarangan rumah. Apalagi ketika kedua orang tua Sarah datang menyapa gw, meskipun mereka berdua sangat baik pada gw, tetap saja gw merasa sangat malu. Mungkin emang pada dasarnya gw orangnya pemalu ya hehehehhe.
Apalagi tante Susi, ibu Sarah. Beliau sangat ramah sekali pada gw, bahkan gw bisa langsung akrab dengannya hanya dalam satu pertemuan. Mungkin ini karena sifat tante Susi juga yang gaul dan mudah berbaur dengan anak muda. Sedangkan Om Heru, seperti para bapak biasanya, orangnya kaku dan sedikit cuek tentunya.
Akhirnya hari pertama gw bertemu dengan orang tua pacar gw berjalan dengan sukses, dan esoknya gw berjanji untuk datang kembali ke rumah mereka untuk berkunjung. Katanya sih tante Susi akan membuat kue pada hari itu, dan katanya aku harus mencobanya hehehe. Gw pun berjanji akan datang sekitar jam 10 pagi.
Esoknya sesuai janji gw dateng ke rumah Vina untuk berkunjung, namun ternyata Sarah sama om Heru sedang pergi sebentar untuk membeli perlengkapan untuk acara nanti siang, gw juga ga tahu acara apa yang tante Susi maksud.
Akhirnya kami berdua berbincang-bincang sambil menunggu kedatangan mereka berdua. Tante Susi sangat asyik diajak bicara, karena gw tidak merasa canggung sekali dengan tante Susi. Hingga akhirnya perbincangan gw dengan tante Susi mulai menyajikan ke berbau seks, lebih tepatnya tante Susi tanpa canggung menceritakan keluhnya saat berhubungan dengan om Heru.
“ Iya, Bon. Si om Heru itu maunya buru-buru, eh pas dia dah keluar malah langsung tidur.
Tante bisa jadi kesel. Mana dia ga peka lagi.” Ucap tante Lin menggerutu.
“Mungkin lebih baik tante ngomong jujur ke om Heri.” Ucapkan gw dengan nada canggung.
“Udah, Bon. Tapi si omnya ajah yang ga peka, malah cuek gitu.” Ucap tante Susi sambil menghirup udara tehnya.
“Ooo gitu ya, eh ngomong-ngomong hobi tante apa?” Tanya gw yang mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Hobi ya? Hobi yang kaya gimana tuh?” Tanya Tante Susi.
“Ya hobi apa saja, pokoknya sesuatu yang tante suka.” Kata gw menjelaskan maksud gw.
“ Hobi tante itu nyium bau titit.” Ucapan tante Susi datar, ekspresi yang sama sekali tak berubah.
Apalagi dia seperti sedang membicarakan sesuatu yang wajar saja.
“Hah?”
“Iya, kan titit ada aromanya tuh? Tante paling suka sama aromanya. Bikin tante rilex banget.” Ucapnya.
“Ooo begitu ya…” Kata gw yang kini harus memutar otak lagi untuk mencari topik lain.
Tiba-tiba tante Susi mendekatiku dan mengarahkan hidungnya ke arah selangkangan gw. Tentu saja hal itu membuat saya kaget sekaligus kaget. Gw sampe salah tingkah melihat tingkah aneh tante Lin itu.
“ Eh tante, nga-ngapain?”
“ Bau titit kamu enak juga, tante boleh nyium baunya kan?” Ucap tante Susi santai.
“ Tapi tante, Bondan malu kan.”
“Kok malu? Cuek ajah lagi. Boleh ya?” Ucap tante Susi memohon.
Karena aku bingung, aku pun mengangguk dan menyetujui keinginan aneh tante Susi. Begitu mendapatkan lampu hijau dari gw, kepala tante Susi langsung menyosor ke selangkangan gw dan menciumi titit gw dibalik celana jeans gw.
“Sumpah Bon, bau kamu enak banget.” Ucap tante Susi. Gw hanya diam saja, sebab gw ga tau itu tuh pujian atau apa.
Dalam pikiran gw, gw sangat tersiksa karena gw mencoba sebisa mungkin agar tidak konak saat tante Susi menciumi bau titit gw. Tak lama kemudian tante Susi menatap gw dengan serius.
“Selamat buka celananya gih, kena bahan jeans ga enak banget.” Ucap tante Susi.
“ Ta-tapi Bondan Cuma pake boxer tanpa celana dalam ajah tante.” Ucapkan gw dengan wajah merah saat mengatakan hal itu. Itu adalah pengakuan gw yang paling ekstrem.
“Ya ga apa-apa, dibuka ya celananya,,,,” Ucap tante Susi memohon.
Melihat datangnya yang sangat memohon kepada tante Susi membuat gw menjadi tidak tega dan lagi-lagi mengabulkan keinginan aneh tante Susi itu. Gw langsung membuka celana jeans gw dan menanggalkannya di hadapan tante Susi. Tante Susi sedikit terpesona dengan cetakan pada celana boxer gw.
Begitu gw duduk kembali tante Susi langsung kembali menciumi titit gw. Sebenarnya saya ingin sekali keluar dari situasi ini, selain karena kami melakukannya di ruang tamu yang pintunya terbuka lebar, sehingga saya takut ada tetangga yang masuk. Gw juga takut hal ini diketahui oleh si om Heri dan Vina.
Dengan ganas menciumi titit dan mengocoknya secara cepat, perlindungan otomatis gw akhirnya goyah juga dan titit gw ereksi dengan cepat. Tanpa sadar gw menikmati apa yang tante Susi lakukan pada gw, begitu gw sadar dari rasa nikmat ternyata tanpa gw sadari tante Susi telah memploroti boxer gw dan sedang mengoral titit gw dengan rakusnya.
Tanpa sadar tangan gw mulai menjenggut rambut tante Susi dan mendorongnya ke titit gw dan memaksanya mengoralnya dengan cepat. Mendapat perlakuan seperti itu, tante Susi semakin bernafsu dan semakin pembohong mengoral titit gw.
“Kamu suka kan Bon?” Tanya tante Susi.
“Iya tante,,, arrrr.” Ucap gw sambil mengerang kenikmatan.
Tante Susi tiba-tiba menghentikan aksinya dan menggiring gw ke arah dapur, di sana tante Susi langsung melerotkan celananya hingga sepaha dan membimbing titit gw untuk memasukannya ke dalam mekinya.
Tanpa komando dua kali gw langsung mengarahkannya ke arah meki tante Susi. Awalnya terasa sangat sulit dengan posisi seperti itu, namun berkat bimbingan jemari tante Susi, titit gw akhirnya berhasil masuk juga ke dalam liang senggamanya.
Gw mulai mengocok dengan cepat titit gw di dalam meki tante Susi. Meski tante Susi sudah memasuki usia kepala empat, namun mekinya masih tetap seret dan kesat. Pasti tante Susi merawatnya dengan baik.
“Arrr,,,” erang tante Susi.
“ Gimana tante?”
“Enak banget Git, lebih cepet.”
Tiba-tiba gw merasakan ada cairan hangat dari liang senggama tante Susi, dan capitan tante Susi pun semakin keras. Mungkin itu tanda tante Susi telah mencapai klimaksnya. Kini giliran gw yang mencapai klimaks gw.
Namun belum sempat gw mencapai klimaks, tiba-tiba sosok om Heru muncul dari ruang tamu dan melihat langsung ke arah gw. Untunglah gw masih mengenakan kaos, sehingga masih terlihat normal dihadapan om Heru karena bagian pinggul ke bawah gw tertutup meja dapur. Dan penyerapan lagi celana dan petinju gw bawa ke dapur sehingga tak meninggalkan jejak di ruang tamu.
“Eh, su-sudah pu-pulang om?” Tanya gw tegang, sedangkan kocokkan gw masih terus.
Iya nih.” Ucap om Heru.
“Sarahnya mana om?” Tanya gw.
“ Dia lagi ke warung dulu di depan perumahan, katanya ada yang lupa dibeli.” Ucap om Heru sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. “Tante mana?”
” E, mungkin lagi ke warung om. Ta-tadi katanya ada yang harus dibeli.”
Mendengar ucapan gw om Heru langsung mengangguk-angguk dan berjalan ke arah ruangan untuk menaruh beberapa barangnya. Melihat itu gw langsung menghentikan kocokan gw dan menyuruh tante Susi untuk segera merapikan dirinya. Tetapi tante Susi sama sekali tak mau mendengarkan dan langsung mengoral kembali titit gw.
Om yang telah selesai menyimpan barang-barangnya kembali ke luar kamar dan mendekati gw. Ia mulai menyusun barang belanjaannya di meja dapur tepat di hadapan gw, secara otomatis gw pun sambil membantu om Heru untuk menyusunnya. Sumpah gw tersiksa banget dalam kondisi ini.
Tiba-tiba gw merasakan akan ada sesuatu yang keluar dari titit gw, dan tanpa gw tahan lagi sperma gw muncrat ke mulut tante Susi yang langsung ditenalnny. “ Crot,,,crot,,,crot,,,”
“Arrrrrgghhhh,,” Erang gw secara spontan karena merasakan kenikmatan.
“Ada apa, Bon?” Tanya om Heru bingung.
“ Ga ada apa-apa om.”
Untung om Heru percaya dengan ucapan gw dan beberapa saat kemudian masuk kembali ke kamarnya, begitu melihat kesempatan itu gw langsung memakai celana gw dan melesat ke ruang tamu, begitu juga tante Susi yang langsung merapikan dirinya dan membayangkan-pura tidak terjadi apa-apa di dapur.
“Loh mah kapan datang?” Tanya om Heru yang kaget melihat kehadiran tante Susi di dapur, sedangkan gw yang sudah ada di ruang tamu Cuma bisa harap-harap cemas mendengarkan di ruang tamu.
“Baru ajah kok, pah.Emangnya ada apa?” Tanya tante Susi.
Meskipun sebelumnya tante Susi mengeluhkan tentang suaminya, gw melihat keduanya sangat mesra dan tanpa kemesraan berciuman di siang bolong, bahkan tak malu kalau tak sengaja gw melihat mereka. Lalu dengan menjilati bibirnya sendiri, om Heru terlihat sangat bingung.
“Kok asin dan berlendir ya ma? Habis makan apa emangnya?” tanya om Heru.
“ Ada ajah, tapi enak kan?” Tanya tante Susi.
“Iya, sih.” Lalu keduanya kembali berciuman.
Waduh sepertinya om Heriujuga menikmati calon anak gw itu, dalam hati gw ingin ketawa juga melihat kejadian konyol itu. Setelah Sarah kembali, kami berempat akhirnya menggelar acara panggang-panggang di pekarangan rumah.
Sejak saat itu gw sering sekali melakukan hubungan terlarang dengan tante Susi, dan kebetulan Sarah dan om Heru belum curiga sama sekali. Do’akan jangan sampai terbongkar ya.