Istriku Di Perkosa Orang Lain

Istriku Di Perkosa Orang Lain

Istriku Di Perkosa Orang Lain

Cerita sex istriku di perkosa orang lain. Dan aku mesti tanggap akan desahan macam itu, Hal itu terutama karena aku maupun istriku percaya bahwa desahannya itu tak mungkin aku penuhi. Penisku yang, yahh.., sedang-sedang saja mungkin jauh dengan khayalan kami, aku dan istri, yang selama ini juga termasuk senang nonton BF baik VCD maupun via internet.

Istriku Di Perkosa Orang Lain

ita semua tahu tontonan fantasi itu banyak memicu libido kami yang memang sering kami perlukan untuk mencari variasi dalam hubungan seks kami. Dan di sana kita menyaksikan betapa cantik dan tampan plus perlengkapan mereka yang nempel sebagai bagian tubuhnya seperti penis, buah dada dan pantat maupun yang palsu seperti “dildo” dan seterusnya ukurannya sungguhlah ideal fantastis.

Dan itu akhirnya menjadi obsesi kami, termasuk yang akhirnya terselur dalam desahan istriku tadi. Suatu malam ketika kami dalam keadaan asyik masyuk, pada saat-saat menghadapi puncak-puncak gairah birahi, kudengar kembali desahan itu,

“Mas, gede-in dongg.., ayyoo, massal.. Gedeinn.., aku pengin yang gedeeii.. Mass..”.

Ah, Surti.., benarkah ucapanmu itu..?? Apakah itu ke-inginan kamu itu..?? Aku setengah bertanya dalam bisu. Saya tidak berani bertanya secara langsung.

Aku belum tahu akan risikonya jika dia benar-benar menginginkan hal itu. Aku juga takut kalau dia benar-benar menginginkan dan aku tidak mempedulikan. Aku merinding dan gemetar kalau membayangkan dia sendiri yang mencari jalan diluar pengetahuanku. Aku sangat takut dia melakukan selingkuh.

Aku sangat mencintainya. Aku percaya, kalau dia mau, dengan mudah mendapatkan lelaki macam mana pun yang dia inginkan. Kecantikan dan sensualnya akan dengan cepat membuat setiap lelaki siap memuaskan syahwatnya.

Saya sangat menderita jika memikirkan semuanya itu. Aku seperti gelisah dan gundah hingga sering terbawa dalam mimpi-mimpiku. Hanya pada mimpiku terakhir beberapa malam lalu dari tidurku yang sama sekali sulit untuk nyaman, aku mendapatkan perasaan yang aneh.

Sepertinya aku sedang menyaksikan istriku digauli dan berhubungan seks dengan seorang pria yang sangat tampan. Yang aneh adalah saya merasakan birahi saat menonton Surti yang berteriak histeris menikmati nikmat syahwatnya. Sayang aku terbangun sebelum mimpiku selesai.

Penisku ngaceng dan birahiku yang masih menyala-nyala desak-desak untuk diselesaikan. Pagi itu aku melakukan onani tangan dengan mengingat-ingat bagaimana istriku dengan penuh nafsu secara aktif meladeni segala keinginan pasangannya sebagaimana yang kusaksikan dalam mimpiku. Aku merasakan kepuasan yang sangat saat spermaku muncrat-muncrat..

Yaa.., aku merasakan kepuasan syahwat yang luar biasa dengan mengingat gambaran istriku digauli orang lain. Sejak saat itu, aku sering onani dengan membayangkan istriku Surti, digauli lelaki lain.

Pada suatu hari saat aku hendak pulang dari kantor, saat aku bosan dengan berbagai hal aku iseng beli “koran got”. Aku suka menyebutnya dengan “koran got” itu karena isinya memang pantes untuk dicemplungkan ke-got saja. Isi koran itu hanya penuh berita kriminil, kecelakaan yang serem-serem atau cerita hantu atau penyelewengan suami istri yang diungkapkan secara vulgar. Tetapi koran itu sangat laris. Pembacanya adalah masyarakat kelas bawah yang memang haus hiburan seperti tukang ojek, supir metro-mini atau pedagang K-5.

Singkat cerita setelah membaca “head line”-nya aku langsung aku membuka-buka halaman bergambar untuk sekedar pelipur lara dan tak kulewatkan juga membaca larik-larik iklan mini.

Pada kelompok iklan Panti Pijat aku baca sederet iklan.

Ternyata banyak informasi yang membuat libido bergoyang. Antara lain, lihat, Panti Surgawi, buka 24 jam, sedia pemijat cantik dan ganteng. Hubungi no. HP xx8907. Kemudian lainnya, Pijat Gairah untuk suami istri, ditanggung memuaskan, hubungi 021-8877xx.

Dari sekian iklan itu tiba-tiba ada iklan yang menarik, bunyinya begini, Pijat Sehat hubungi Pria, Ramon, usia 28 tahun, turunan Arab, tinggi 175 cm, berat 65 kg, tampan, berkumis dan bulu dada, ukuran 18/5, ditanggung memuaskan. Bisa dipanggil ke rumah atau hotel. Hubungi 24 jam, No HP. 0818xx.

Ah, aku jadi langsung ingat istriku. Saya ingin menampilkan jenis iklan itu. Saya pengin tahu, adakah macam itu yang memang dia butuhkan. Yah, tapi aku tetap harus hati-hati, agar tidak meninggung perasaannya. Cari” waktu”-lah.

Tadi malam aku kembali mendengar desahan itu. Saat-saat aku konsentrasi untuk mengeluarkan spermaku dia kembali,

“Gede-in Mas, ayoo.., gede-in dulu Mas.. Yang gede itu enak, Mas..”.

Bagaimana mungkin? Dan aku terus saja intimidasiku yang pas-pasan ukurannya ini hingga spermaku crott ke liang vaginanya.

Tetapi kali ini ada yang aku cemaskan.

Kali ini dia, Surti istriku ini mengakhiri hubungan seks tanpa mendapatkan orgasmenya sama sekali. Aku tahu itu. Aku tahu jika dia mendapatkannya akan menunjukkan luapan emosi syahwat yang nyata banget. Tetapi kali ini tidak. Dan itu nampaknya membuatnya kecewa dan menderita. Dan akhirnya kami tidak bisa tidur hingga larut malam. Pada kesempatan itulah aku menunjukkan padanya koran yang kubeli dan kusimpan untuknya.

“Gimana ya Ma, kalau itu kita coba saja? Mama percaya gak ada iklan ini?”

Istriku ini sesungguhnya sangat pemalu, termasuk di depan aku suaminya. Meskipun dia membaca juga iklan itu dia tidak akan menjawabnya untuk tawaran semacam ini. Dan akulah yang harus mengerti sendiri penjelasannya. Dan ada satu hal lagi, yang rasanya kini justru datang dari aku sendiri. Kebiasaanku onani dengan membayangkan lelaki lain menyetubuhi istriku Surti mendorong syahwatku untuk melihat secara nyata kejadian itu.

Aku ingin mimpi-mimpiku itu menjadi kenyataan. Duhh.. Gigiku gemelutuk gemetar dan gemetar dengan apa yang mungkin akan terjadi..

Aku bertemu istriku saat sama-sama kuliah di UKI. Dia adalah yuniorku dengan selisih 3 tahun kuliah. Surti, demikian panggilannya, memiliki postur tubuh yang langsing dan getas. Dengan warna kulitnya yang coklat kuning, dia masih memiliki darah biru. Kecantikannya dikenal di seputar kampus. Dari sekian banyak pesaing, akulah yang beruntung menjadi pemenangnya untuk mengajak ke pelaminan.

Orang orang tua masih ada hubungan sebagai cucu raja Jawa, entah dari permaisuri atau selir yang ke sekian. Dengan tinggi 167 cm dan berat 55 kg, dia terlihat sangat sportif dan lincah. Sepintas posturnya mengingatkan sosok Dyah Permatasari yang bintang sinetron itu. Dua orang anak hasil perkawinan kami dibesarkan di Solo sesuai dengan keinginan mertua kami agar lebih mengenal tradisi dan budayanya.

Di Jakarta kami masing-masing punya kegiatan dan bekerja. Kami memiliki cukup materi dan lingkungan sosial yang baik. Kami sama-sama sepakat sepakat demokrat dan liberal dalam memandang liku-liku kehidupan ini. Kami terbiasa mengerjakan positip dalam banyak hal. Dalam hal hubungan seks, saat ini kami melakukan sebagai penyaluran kebutuhan biologis semata. Dan itu kami lakukan dengan semangat rekreasi dengan penuh kesenangan.

Dan untuk masalah iklan tadi kini aku tidak akan bertanya untuk yang ke 2 kali. Aku cukup melihat cahaya di matanya. Aku tahu aku harus mengambil inisiatip. Artinya dia mempercayakan saya dan saya bertanggung jawab atas apapun risiko yang akan dihadapi. Saat itu pula, jam 23.35 WIB, tanpa ambil risiko memakai nomer telpon rumah, aku putar no. HP-nya melalui HP-ku.

Sesaat kemudian ada jawaban. Ternyata aku berhadapan dengan mesin rekaman yang minta agar aku merekam pesanku pada HP-nya. Saya melakukannya dengan cukup mengatakan, “Hubungi kami segera”.

Ternyata tidak sampai 10 menit HP-ku bergetar. Aku memandang istriku, tapi dia tampak acuh tak acuh saja. Kuraih HP dan kubuka jawaban, “Halo”.

Benar, aku berhadapan dan berbicara dengan Ramon. Dia minta maaf tidak segera membuka HP-nya karena kebetulan sedang membereskan buku-bukunya. Dia bercerita bahwa saat ini sedang melanjutkan kuliah untuk meraih S2-nya. Dia seorang arsitek. Dia memang memerlukan dana untuk kelanjutan kuliahnya. Dia menyerahkan padaku di mana dan kapan kami sama-sama jumpa. Dan dia sangat tahu masalah macam kami. Dia akan berusaha sebisanya untuk membantu kami, katanya. Ah, kedengarannya santun dan intelek banget. benarkah?

Aku ceritakan percakapanku dengan Ramon pada istriku. Dia tetap saja menunjukkan ke-acuhannya. Tidak menolak dan tidak meng-iya-kan. Mungkin dia malu untuk menunjukkan girangnya. Siapa yang tahu.
Aku berjanji besok untuk mendapatkan konfirmasi tempat di mana yang paling nyaman dan aman. Kami tidak ingin hal-hal seperti ini harus bertemu orang lain yang kami kenali.

Hotel IBS, kamar 534 & 535
Sesudah berpikir-pikir dan berputar-putar akhirnya aku memilih yang paling aman dan nyaman, Hotel IBS berbintang 4, yang terletak di seberang perempatan Manggala Wana Bhakti. Hotel itu merupakan grup hotel Internasional. Hotelnya tersebar di seluruh dunia.

Di Jakarta mungkin ada 3 atau 4 hotel dari grup dan nama yang sama. Sesudah konfirmasi dengan istriku, OK atau tidak, kemudian dengan Ramon untuk mengatur waktu dan tempatnya, aku pastikan untuk memesan 2 kamar yang terhubung dengan pintu no. 534 & 535. Ini sebetulnya permintaan istriku, yang akhirnya keluar juga omongannya, akomodasi nanti dia akan ceritakan saat ketemu sore nanti.

Dengan cara rasional dan praktis saja, saya dan istriku sepakat ketemu di restoran hotel jam 19.00 wib. Kupikir ada baiknya si Ramon juga kami temui dulu di tempat tersebut. Jadi kami sama-sama makan malam sekalian.

Ternyata aku dan Ramon datang lebih dulu. Istriku belakangan karena terjebak macet dari kantornya yang di jalan Sudirman. Sementara menunggu saya sempat sedikit memberikan introduksi kepada Ramon bagaimana kami menjadi suami istri. Saya tidak tahu apakah hal ini ada gunanya. Dan yang lebih penting lagi, ternyata Ramon ini orangnya sangat “tampan” dan nampak cerdasnya.

Dari cerita yang tak terlampau banyak, saya tahu bagaimana dia memandang hidup ini juga pragmatis dan positip saja. Jadinya tidak begitu berbeda dengan kami. Mengenai usia istriku yang hampir 38 tahun, lebih tua 10 tahun dari dia, bagi Ramon bukan masalah.

Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan jasa untuk Ramon tidak ada masalah. Dia akan tidur menemani istriku hingga besok pagi. Dan, sesuai dengan yang disebutkan dalam iklannya, dia juga menawarkan kemungkinan untuk “threesome”, bersama-sama bertiga dalam satu kasur. Jawabanku adalah, untuk yang pertama ini biarlah aku menyaksikan saja dari balik pintu kamar sebelah.

Nampak istriku di ambang pintu restoran mencari kami dan kemudian mengajukan langkahnya. Duh, cantik banget Surtiku ini. Mungkin dia datang terlambat untuk ke salon mempercantik diri dulu. Lihatlah, lantai granit restoran yang mengkilat ini membuat bayangan tubuhnya bak peragawati sedang melangkah di “catwalk”-nya. Dia benar-benar bidadari.

Dan sesaat kemudian istriku datang dan terdiam duduk, sambil bersalaman dengan spontan penuh kekaguman Ramon membisikkan bahwa “Jeng Surti” sangat cantik. Hal ini menjadi sangat penting dalam perjalanan petualangan ini selanjutnya.

Sikap istriku langsung cair yang ditampilkan dengan senyumannya yang sangat menawan itu. Panggilan “jeng” yang lekat dengan budaya Solo ini membuatnya langsung akrab antara ke-duanya. Ramon ini sangat paham psikologi orang rupanya. Tentu saja, meski kobaran cemburuku menyala, hatiku gembira melihat perkembangan yang terjadi.

Syahwatku mengaliri urat-urat darahku. Kini aku sangat ingin selekasnya menyaksikan bagaimana istriku ini digauli orang lain. Aku pengin melihat bagaimana dia menerima kenikmatan syahwat yang akan diberikan Ramon padanya. Aku pengin lihat bagaimana wajahnya yang terhanyut dalam ayunan gairah libido bukan dengan aku, suami. Dan aku pengin lihat, bagaimana istriku menikmati kemaluan Ramon yang gede itu. Ahh.., rasanya celana dalamku menyesak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *