Mesum Sama Istri Teman

MESUM DENGAN ISTRI TEMAN

Mesum Sama Istri Teman

MESUM DENGAN ISTRI TEMAN

Cerita sex aku mesum sama istri teman ku ini bermula saat aku pergi  kerumah temanku. Perkenalkan namaku Bima aku berumur 25 tahun, waktu itu aku sudah berjanji untuk ketemuan bersama teman lamaku yang bernama Dimas. Dimas berusia sekitar 24 tahun, kami ingin mengunjungi tempat kediamannya Dimas, karena dia adalah teman kami pada saat kuliah dulu. Namun sekarang dia sudah menikah dan memiliki keluarga sendiri, namun setelah cukup lama pernikahannya dengan Sella  dia belum di berikan anak.

Sella merupakan adik tingkat kami semasa kuliah dulu. Dimas dan Sella masih tinggal bersama di rumah orang tuanya. Makanya sore itu aku jemput dia di rumah Sella. Tapi sesampainya di situ, Sella bilang kalau Dimas baru saja pergi nganter ibu dan bapak mertuanya ke rumah saudaranya untuk sebuah keperluan.

Sella sendiri nggak ikut lantaran sore itu dia ngedadak agak meriang. “Tunggu aja dulu deh, Bim,” kata Sella padaku. Sebab sudah sering aku berkunjung kerumahnya si Dimas, aku langsung masuk saja tanpa malu ke dalam rumahnya dan duduk di depan ruangan tv. “Kamu sendirian aja nich Sell di rumah. Mana pembokat lu?” Kataku sambil duduk selonjoron di ruangan tv.

“He-eh nich, tadinya aku mo ikut ma Mama. Tapi nggak tau kenapa tiba-tiba meriang gini. Si Tini (pembokatnya) lagi pulang kampung tuh,” ujar Sella sambil bawain aku minuman hangat. “Lu masuk angin ya Sell?” tanyaku sambil memimun secangkir teh hangat yang telah ia buatkan untukku.

“Minum obat la Sell,” kataku lagi sambil melirik ke arah Sella yang duduk bersila di atas kursi, sementara aku masih rebahan di karpet.
“Atau kamu mau aku kerokin gak, biar anginnya pada hilang,” ujarku bercanda. “Maunya sih, tapi si Tini-nya lagi nggak ada nich,” kata Sella.

“Kenapa gak kamu suruh si Dimas ngerokin kamu, dia kan suamimu Sell” kataku.
“Huu boro-boro dia mau ngerokin, suruh mijatin ajapun males-malesan,” ujar dia.
“Aku yang ngerokin kamu mau nggak?” kataku bercanda.

“Aku mau sih, tapi aku malu ah,” Sella sambil tertawa geli.
“Ngapain mesti malu samaku, gua kan temen suami lu.” kataku sambil nggak yakin kalau Sella bener-bener mau kukerokin.
“Nggak ah, nggak mau dikerokin. Pijitin aja deh Je kalau lu mau. Ntar gua bingung ditanya Dimas siapa yang ngerokin.” pinta Shanti Sella terkekeh.

Kemudian aku menyuruh Sella untuk duduk di bawah kursi. Lalu aku duduk di belakangnya, Sella dan aku tidak ada hubungan apa spesial, maknya dia tidak malu saat aku yang ngerokin dia. Sambil ngobrol kesana- kemari, aku terus mijatin pundak ma leher bagian belakang Sella.

“Agak turun kebawah sedikit lah Bim mijitnya, agak ke punggungnya.” pintanya sambil ngegeser duduknya agak maju.
Aku nurut aja, sambil terus mijatin dia yang sambil nonton tv.
“Lu lepasin tali BH-nya dong, ngehalangin nih,” kataku.

Sella langsung ngelepas BHnya dan ngeletakin begitu aja di sampingnya. Aku mulai mikir yang ngeres-ngeres ngeliat BH Sella segede gitu. Aku mulai berfikir ngeres betapa gedenya toketnya si Sella. “Aku sambil tiduran ya Je.” pintanya sambil terus telungkup di atas karpet di depan tv.

Kemudian aku turun dan duduk berada di sebelah badannya. Aku mulai mandangian pantatnya yang gempol, lalu turun ke bagian pahanya yang terlihat putih karena Shanti waktu itu cuma pake celana pendek doang. Tanganku mulai kupermainkan agak nakal sedikit, sambil berharap ngeliat reaksi Sella.

tepat di bagian belakang payudaranya, aku agak jail untuk memegang payudaranya dengan jari-jariku. Kuturunkan sedikit jari-jariku supaya meraba sedikit saja bagian toketnya. “Geli ih Bim,” ujarnya tapi diam saja.
“Kena ya? Sorry deh Sell” ujarku pura- pura kaget. Sella diem aja dengar jawabanku itu.

“Sell, buka aja deh bajunya,” pintaku.
“Nggak ah, ntar Dimas pulang gimana?” tanyanya ragu.
“kita tinggal bergegas memakai baju kita lagi.” jawabku singkat.

Agak sedikit malu kulihat wajah Sella ketika dia duduk sebentar dan membuka kaosnya dan cepat-cepat telungkup lagi. Pikiranku saat itu bener-bener ngeres banget. Ingin sekali aku mendekap tubuh Sella dari belakang dan merasakan betapa nikmat dan hangat tubuh istri dari temenku itu. Tapi aku malu.

Dengan sedikit ragu, aku mulai memberanikan diri untuk meremas bagian pinggir-pinggir toket Sella dari belakang. Kemudian Sella kaget saat aku menyentuh payudaranya, namun dia hanya bisa diam. Malah sedikit-sedikit Sella membiarkan jari-jariku nyelusup makin meremas toketnya itu.

“Geli banget Bim,,,” Sella agak merintih.
“Sorry ya Sell, aku bener-bener nggak tahan pengen megangin toket kamu,” kataku aga gemetar.
“Nggak apa-apa kan Sell, Sorry ya,” kataku semakin gemeteran.

Sella begitu mendengar pertanyaanku itu, tanpa kusangka menggeleng pelan. Birahi ku yang semakin meningkat, tak mampu lagi aku tahan. Kuraih tubuh Sella  agar sama-sama duduk dan kubalikan badannya agar menghadapku. Cepat-cepat aku tempelkan bibirku ke bibir Sella . Meski Sella masih kaget, dia pun akhirnya mulai membalas ku dengan ciumannya yang lembut.

Seperti orang kesurupan, kami yang sama-sama sedang nafsu dengan cepat saling menjilat bibir kami masing-masing. Tanganku pun dengan cepat meremas toket Sella sementara tangan Sella terus mengusap-ngusap bagian punggungku yang kini sudah telanjang dada.

Kuraih tubuh Sella agar berdiri. Kemudian aku menurunkan celananya dan juga sempaknya. Sella hanya diam saja saat aku melepas semua celananya dan juga sempaknya. Ia pun mulai membuka semua celanaku perlahan lahan, hingga semua nya terlepas.

Aku membantu tangannya yang lembut untuk melepaskan celanaku dan kami pun akhirnya sudah dalam keadaan bugil sambil dalam keadaan memeluk satu sama lain. “Masukin ya Sell,” pintaku ketika tangan Sella dengan ganasnya meremas-remas kontolku yang sudah sangat tegang itu.

Sella hanya mengangguk pelan ketika kontolku kuarahkan kebagian selangkangan Sella yang sudah sangat basah itu. “Shhhh,,,, ahhh..” Sella mendesah. “Ahhhh,,, cepetan Bim, ntar Dimas keburu dateng,,,” katanya sambil terus merenggangkan selangkangannya.

“Ahhhhh,,, Sell….” kataku tak tahan merasakan kocokan tangan Sella di kontolku.
Dengan posisi terus berdiri, kontolku kini sudah tepat di depan memek Sella yang basah. Pelan-pelan kumasukan dengan bimbingan tangan Sella.

“Pelan- pelan Bim,, ahhhh,,,,ahhhhh,,, Bimmm…….” Sella mengerang sambil memelukku erat sekali ketika kontolku mulai menancap ke dalam vagina itu. “Sellll,,,,, ahhhh,,,, ahhhh,,,,,” desahan ku merasakan nikmatnya menyetubuhi istri temanku itu.

“Cepat Bimmm,,, cepetin lagi keluar- masukinnya bimm,,,,,,” Sella merengek seperti seorang bayi yang minta cepat-cepat disusui oleh ibunya.

Sella hanya menganggung mengiyakan pertanyaanku. “Bimm,,,, aku pengen keluar bimmm,,,, lebih cepet lagi bimm,,,,” pinta Sella sambil tubuhnya menggelinjang kekiri-kekanan. Aku yang sebenernya juga sudah pengen keluar, semakin mempercepat kocokan kontolku keluar-masuk memek Sella yang seluruh tubuhnya sudah kelihatan menegang hebat sekali.

“Aaauuuu,,,,, bimmm,,,, aku keluar bimm,,,,,” Sella meregang sambil menggigit pundakku.
“Aku juga selll,,,,” kataku juga hampir bersamaan. Kupeluk tubuh Sella yang kelihatan sangat kecapaian, Sella tersenyum ketika keningnya aku cium.

“Makacih ya Bim,,,” bisiknya sambil senyum- senyum.
“Iya, makasih juga Sell,,,” kataku sambil terus kupeluk dia. Lama kami saling berpelukan masih dalam keadaan telanjang sambil duduk di depan tivi di atas karpet. Tiba-tiba Sella mengambil BH dan kaosnya.

Dengan manjanya, dia minta dipakaikannya olehku. “Pakein dong Bim,, ntar keburu dateng suami gua lho.” pintanya. Kemudian aku mulai memakaikan Sella branya dan meangbil pakaiannya, aku juga kembali memegang teteknya itu lagi

“Udah ah,,, besok- besok kan bisa lagi Bim…” Kini kami sudah saling memasang pakaian masing-masing, tapi kami sepertinya masih tak ingin terpisahkan. Kami masih saling berpelukan di atas kursi ketika suara mobil kijang yang dikemudikan Dimas terdengar memasuki halaman.

Sella buru- buru bangkit dari pelukanku. “Dimas dateng,” bisiknya padaku. Saat bertiri, Sella lalu mencium bibirku lagi. “Besok- besok lagi ya Bim,,,” katanya manja. Aku cuma bisa mengiyakan sembari aku memperhatikan Sella yang berjalan ke arah pintu.

Aku masih duduk sambil nonton tv ketika si Dimas menyapaku. “Yuk, langsung cabut Bim. Anak-anak udah pada nunggu nih. Lu udah lama ya? Sorry aku nganter mertuaku dulu tadi,” katanya tanpa kutanya. Sella yang denger itu bilang “Iya tuh, si Bima udah dari tadi nungguin lu Dim. Buruan sana pergi, ntar keburu bubaran deh acaranya,” kata Sella sambil menggandeng tangan suaminya dengan mesra hingga ke pintu depan rumahnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *